Kamis, 25 Maret 2010

Virus Hedonis Dapat Meracuni Pola Pikir dan Kepribadian Anak Remaja

Duuuuhh, anak-anak remaja tak sedikit yang sudah berhandphone ria. Hampir dimana saja ditemui anak-anak remaja menenteng HP, sms-an, telepon-teleponan semaunya seakan tidak pakai pulsa. Jenis HP-nya bagus-bagus alias bermerek, gonta-ganti pula. Di luar itu, perhatikan pakaiannya, bermerek atau setidaknya gaul habis. Sepatu bagus, tas oke, dan aksesoris up to date. Di mal dan kafe pun banyak ditongkrongi oleh ABG-ABG atau akhir pekan dugem bersama teman-temannya atau shopping. Pokoknya hidup seakan untuk senang –senang saja.
Gaya hidup seperti itulah yang disebut hedonis alias berorientasi pada kesenangan saja. Hal ini bukan hal baru lagi. Apalagi dengan perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan pun semakin bertambah dan beragam. Belum lagi, bila dipadukan dengan kebutuhan untuk dipandang lebih, ingin dipandang punya kelas tersendiri atau ekslusif, bisa membuat orang buta hati.
Ada dua level hedonism, yaitu level individual dan level sosial. Jika masuk dalam level individual, masih bisa dikatakan positif, karena tiap orang memang berhak mendapatkan kebahagiaan. Apalagi sudah berusaha keras sebelumnya. Namun, akan menjadi masalah jika masuk pada level sosial, yakni ketika kondisi sekitar sedang mengalami krisis sementara kita berfoya-berfoya. Gaya hidup inilah yang dapat menyebalkan orang lain, karena melahirkan kesan tidak berempati pada kondisi sekitar.
Soal hedonisme dikalangan remaja (ABG alias anak baru gede) terjadi karena remaja belum memiliki filter yang baik. Itulah mengapa remaja yang pendidikannya masih rendah dan belum banyak memiliki pengalaman dalam hidup, lebih rentan terhadap gaya hidup hedonistik. Ditambah lagi karena tiap orang ingin menentukan posisinya dalam masyarakat. Pada remaja, mereka berada di masa pencarian eksistensi diri, ingin tampil beda, namun disisi lain belum meliki mekanisme pengendalian diri yang kuat. Akibatnya mudah terpengaruh oleh factor luar seperti kesenangan instan. Itulah mengapa mereka mudah mencoba hal-hal baru, termasuk mengadaptasi yang ada disekitarnya tanpa berpikir apakah itu pantas atau tidak untuknya.
Yang memudahkan para remaja menjalani gaya hidup yang hedonistik adalah pergaulan dengan teman sebaya (peer group). Media massa khususnya televisi juga punya andil besar terbentuknya remaja yang hedonistik.
Hal yang harus dilakukan oleh orang tua bila Anak Terlanjur Konsumtif.
1. Menanamkan nilai-nilai positif sejak dini
Misalnya dengan memberikan contoh bagaimana orang tua membelanjakan uang bulanan, agar anak melihat bagaimana skala prioritas orang tua tiap bulannya. Contoh dan pembiasaan yang baik dari orang tua akan menjadi langkah awal remaja untuk melakukan proses imitasi (mencontoh) yang baik pula.
2. Mengajak anak berdialog
Komunikasi menjadi kunci penting harmonisnya hubungan antara anak dan orang tua. Sayangnya terkadang orang tua merasa tidak penting mendiskusikan segala sesuatunya dengan anak. Komunikasinya lebih satu arah, dimana anak tinggal mematuhi. Padahal larangan tanpa disertai alas an, dapat membuat remaja berontak karena merasa diperlakukan seperti anak kecil. Dengan membicarakan permasalahannya, orang tua menjadi tahu apa yang sedang dihadapi anaknya. Dengan berbicara, anak juga bisa menegrti kondisi yang tengah dialami orang tuanya.
3. Pembatasan uang saku
Orang tua dapat memberi pembatasan uang saku dengan cermat. Orang tua dapat mengukur seberapa besar kebutuhan si anak untuk menentukan pembatasan uang saku. Pembatasan dimaksudkan agar anak tidak menjadi pribadi yang instan.
4. Mendorong anak melakukan aktivitas positif.
Orang tua perlu mendorong anak melakukan aktivitas lain yang dapat menumbuhkan bakat dan potensi anak, misalnya jurnalistik, pecinta alam, olahraga dan sebagainya. Dengan dukungan kea rah yang lebih positif, anak akan lebih berkonsentrasi untuk berprestasi.
Source :
Ibrahim.,L,.D.(2008). Virus Hedonis Dapat Meracuni Pola Pikir dan Kepribadian Anak Remaj. Jakarta: Majalah Wanita Kartini

3 komentar:

  1. thanks kk :) lumayan buat tugas, anak depok yaa? aku juga ehehe daerah gas alam hehehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Iya, sama2. Moga tugasnya lancar ya dan bisa jadi renungan.
    Iya saya anak depok.
    Tunggu ya tulisan selanjutnya.

    BalasHapus